Akankah Virus Dinasti Politik Terjadi di Kota Bekasi?

JAKARTA, Harnasnewws.com – Perpolitikan nasional saat ini tengah menghadapi virus ganas yang disebut  “Politik Dinasti” yang kini dihujat publik karena dianggap membunuh demokrasi.

Di mana para elite hampir di seluruh partai politik sedang mempertontonkan perilaku politik yang buruk tersebut. Fenomena  itu tidak tangung tanggung mulai dari presiden hingga pemimpin di daerah ikut meramaikan penguburan matinya demokrasi di Indonesia.

Seperti fenomena dinasti politik di Solo dengan pencalonan Gibran sebagai calon Wali Kota Solo yang didukung oleh partai politik penguasa PDIP. Bahkan permainan politik yang diluar nalar etika publik diperkuat dengan dukungan pencalonan Boby Nasition juga calon Wali Kota di Medan.

Direktur eksekutif Center of Public Policy Studies (CPPS) Bambang Istianto mengatakan, politik dinasti tidak hanya merambah perebutan kekuasaan di pemerintahan tetapi juga di partai politik.

Seperti dalam waktu dekat perebutan kekuasaan di Partai Golkar Kota Bekasi akan  berlangsung. Dengan gaya meniru Presiden Joko Widodo, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi melakukan hal yang sama yaitu menggadang anaknya Ade Puspitasari saat ini sebagai anggota DPRD provinsi Jabar didorong menjadi ketua DPD Golkar Kota Bekasi.

“Memang tidak disangka implikasi buruk kebijakan politik  one man one vote dalam pemilu secara empiristik menyuburkan politik olgarkhi dan dinasti politik. Secara normatif memang siapa saja sebagai warga negara punya hak politik untuk mencalonkan dan dicalonkan baik di pemerintahan maupun partai politik,” ujar Bambang saat kepada wartawan baru-baru ini.

Namun demikian, kata Bambang, dalam politik ada nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi para pelaku politik supaya terjadi harmonisasi dalam kehidupan masyarakat.

Menurutnya, dalam politik kompetisi dan kontestasi merupakan keniscayaan. Namun nilai fair play seharusnya menjadi pijakan kuat dalam kontestasi demokrasi tersebut.

“Wali Kota merupakan pejabat publik yang konsentrasinya mengurus  rakyatnya agar rakyat sejahtera. Namun jika membiarkan anaknya bahkan ikut mendorong  berkontestasi perebutan  kekuasaan di pemerintahan maupun partai politik sudah barang tentu akan timbul vested interest. Sebagai pemimpin dipastikan punya pengaruh,” kata wakil ketua asosiasi ilmuwan administrasi negara ini.

Hal tersebut terbukti fenomena di Solo dan di Medan para kompetitornya yaitu Ahmad Purnomo di Solo dan Ahyar Nasution terpental atau mementalkan diri.

Leave A Reply

Your email address will not be published.