Anies Baswedan Dinilai Bakal Capres Paling Potensial

Namun, menurut dia, sejumlah kepala daerah yang namanya terus dimunculkan tersebut sebenarnya tergolong lemah untuk menjadi Capres di 2024 karena bukan kader parpol atau bagian dari oligarki partai. Oleh karena itu, dia memprediks para kepala daerah tersebut hanya akan menjadi pendamping alias Cawapres dari tokoh partai yang saat ini menjadi menteri di kabinet Jokowi.

“Jadi bisa saja skenarionya nanti adalah pasangan lelaki-perempuan, yaitu Prabowo-Puan berhadapan dengan pasangan Airlangga Hartarto-Khofifah Indar Parawansa. Atau duet berlatarbelakang militer-sipil, yaitu Prabowo-Anies Baswedan melawan duet Airlangga Hartarto-Gatot Nurmantyo,” tuturnya.

Terpisah, sebagaimana dilansir dari laman Sindo, Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo berpendapat hasil survei hari ini tidak akan menjamin apa yang akan terjadi di 2024. “Bahwa semuanya masih memiliki peluang besar, bahkan mereka yang hampir tidak ada namanya hari ini pun masih punya peluang, apalagi yang ada namanya di survei, termasuk yang tinggi-tinggi itu,” kata Kunto.

Menurut dia, masalahnya adalah bagaimana menjaga ritme supaya pemilih tidak bosa. Kata dia, masyarakat Indonesia itu cepat bosan dan cepat lupa.

“Kalau tiga tokoh kepala daerah ini enggak punya inovasi, enggak punya kebaruan di setiap momentumnya maka itu akan bisa disalip oleh tokoh-tokoh lain dengan mudah,” tuturnya.

Dia berharap, semakin banyak nama yang muncul akan semakin bagus.

“Karena kita enggak usah terpaku pada elektabilitas hari ini kan, kita lihat setahun menjelang 2024 untuk kemudian dalam setahun elektabilitasnya segera diperbaiki, terpenting adalah performa masing-masing tokoh yang ingin menjadi calon presiden maupun calon wakil presiden 2024,” tuturnya.

Menurut dia, performa yang baik akan membuahkan elektabilitas tinggi, terleih setelah dilirik oleh partai, kemudian dicalonkan definitif oleh partai. “Kalau kita lihat sejarahnya 2004, sebelum 2004 itu nama SBY bahkan enggak masuk survei, baru setahun mau Pemilu nama dia baru ada di survei, itu pun lima persen,” katanya.Baca juga: Momen Heroik Paspampres Todongkan Senjata ke Agen Mossad Israel

Selain itu, kata dia, Jokowi baru ada di survei pada tahun 2013. “2014 nya baru Pemilu. Dan itu kan gara-gara Pilkada DKI nama Jokowi naik di elektabilitas dan elektabilitasnya juga baru belasan persen,” katanya.***

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.