Pemerhati Lingkungan Kritik Sampah Sisa Produksi Fajar Paper

Limbah di Perusahaan Fajar Paper.

Lebih lanjut dia menjelaskan, pengolahan dengan cara pirolisis menjadi BBM sebagaimana wacana awal PT XGS menurutnya kurang tepat. Pasalnya, sampah tersebut agak lengket dan basah, bercampur antara plastik dan kertas. “Akhirnya seperti kita sudah ketahui bersama, sampahnya makin hari makin menumpuk dan tak tertangani, sampai beko pun jadi ikut naik,” ucapnya dengan nada bercanda.

“Nah apalagi sekarang, menurut informasi sudah tidak ada lagi kegiatan atau aktivitas di dalamnya. Kalau dibiarkan, sampah yang menumpuk tersebut bisa berpotensi mencemari lingkungan sekitar termasuk air tanah. Kalau tidak percaya, coba saja buat sumur di sekitaran bekas TPS Fajar Paper yang ada di belakang SMKN 1,” tambahnya.

Dia menyarankan, sebelum hal tersebut terjadi sebaiknya Fajar Paper melakukan tindakan cepat untuk mengatasinya. “Tapi bukan dengan dibuang di tempat lain,” candanya lagi sambil tertawa.

Menurut Bang Nunu, teknologi pengolahan sampah saat ini semakin canggih dan terjangkau, perkembangannya sangat pesat mungkin karena permasalahan sampah ini sudah menjadi masalah global.

Dia mencontohkan, sampah sisa produksi Fajar Paper ini dapat diolah menjadi Briket RDF melalui beberapa tahapan.

Pertama, diangkut ke instalasi pemrosesan lalu di simpan atau didiamkan selama 24 jam (untuk proses pengeringan alami). Kedua, sampah disortir secara manual di atas conveyor magnetic. Ketiga, sampah masuk ke rotary dryer untuk dikeringkan (kadar air dibawah 10%). Ke empat, sampah masuk kedalam mesin pencacah, dan terakhir masuk ke mesin cetak briket RDF.

“Setiap dimintai pendapat terhadap permasalahan pengelolaan sampah, saya pribadi berupaya tidak hanya mengkritisi tapi juga mencoba memberikan solusi,” tutup Bang Nunu mengakhiri pembicaraan. (Supri)

Leave A Reply

Your email address will not be published.