Dorongan Rasa Peduli Lingkungan, Ubah Tempat Sampah Jadi Bernilai Ekonomi Mandiri

 

Ia dibantu 6 orang lainnya, memilah sampah organik dan non organik hasil limbah keluarga dari 500 kepala keluarga yang berada di wilayahnya untuk dimanfaatkan berbagai keperluan, dari mulai pupuk alami dan lainnya.

“Kita ada tim, yang pertama itu divisi pengelolaan sampah organik, disitu ada maggot, yang kedua adalah perikanan dan peternakan, lalu ada bank sampah yang dikelola oleh ibu PKK dan Posyandu, lalu ada penanganan workshop untuk perawatan alat-alat kita jika rusak dan lain-lain lalu terakhir ada hidroponik,” kata Yusuf.

Setiap harinya, setidaknya 3 kubik sampah dipilah di tanah Fasos Fasum seluas 600 meter persegi, yang dijadikan tempat pemilahan sampah. Sampah organik akan digunakan sebagai pakan Maggot yang dikembangbiakkan di lokasi itu, sampah non organik bernilai ekonomi akan dijual kembali.

“Yang terberat ialah sampah non organik yang tidak bernilai ekonomis, kita sedang berinovasi bagaimana mengelola yang lebih baik,” katanya.

Sedangkan untuk sampah non organik yang tidak bernilai ekonomi akan dibakar dengan 2 tungku besar. Hasil pembakaran sampah juga melalui filter spray, sehingga asap atau polusi yang ditimbulkan bagi lingkungan sangat minim.

“Secara kasat mata lebih aman, namun mungkin kita butuh lebih mendalami terkait itu, seperti kadar polusinya itu seperti apa, tercemar apa tidak,” tukasnya.

Tungku pembakaran sampah non organik yang tidak bernilai ekonomis lalu sisa pembakaran dijadikan campuran popok alami

Ia yang tidak mempunyai basic bidang persampahan tidak begitu saja menyerah. Iya mempelajarinya dari berbagai sumber dengan dorongan rasa peduli dengan lingkungan.

“Untuk basic, saya tidak ada, cuma basicnya peduli lingkungan saja, karena memang kalau tidak peduli lingkungan sendiri siapa lagi,” kata Yusuf.

Sementara itu, untuk biaya operasional, mereka masih mengandalkan iuran sampah dari warga sebesar 15 ribu rupiah. Namun, warga juga diajarkan untuk memilah sampah sendiri untuk sampah non organik bernilai ekonomis untuk dapat mengurangi iuran sampah.

Sementara itu, Nani Nurani, yang juga pengurus w 20 kelurahan Karang Satria, Tambun Utara, menyambut baik keberadaan tempat itu. Dikatakannya bahwa volume sampah di wilayahnya semakin berkurang.

“Sangat bersyukur dengan semangat dari pengurus RW 20 ini dalam menangani sampah dilingkungan kita, karna dengan adanya pengelolaan sampah ini paling utama itu yg udah dirasakan tidak ada penumpukan sampah di setiap rumah,”kata Neni.

Hal sedana juga disampaikan oleh Ketua Posyandu, Teti Junaidi yang menyambut baik tempat pengolahan sampah itu. Menurutnya, banyak dampak positif bagi masyarakat sekitar.

“Alhamdulillah cukup baik, dan respon masyarakat antusias banget masalah sampah ini, karna banyak faktor yg kita dapat, plusnya biasanya warga itu sembarangan lempar sampah, kalo sekarang warga sudah bisa memilah lagi,” katanya. (Mam)

Leave A Reply

Your email address will not be published.